pagi-pagi begini sudah nongkrongin komputer, tapi tidak apalah demi berbagi informasi ke teman-teman sahabat CES,, silahkan dibaca artikel berikut semoga ada manfaatnya...
Menurut New York Times, sebelum kasus ini menjadi besar, Nissan turun tangan dengan membayar ganti rugi kepada keluarga yang ditumpangi mahasiswa tersebut. Mengapa Nissan membayar ganti rugi dan apa hubungannya dengan Marketing Research ?
Mahasiswa tersebut ternyata karyawan Nissan yang ditugasi mengambil MBA. Berbeda dengan mahasiswa lainnya yang tinggal di dormitory atawa apartemen, mahasiswa ini ditugaskan tinggal bersama keluarga Amerika. Tidak ada yang aneh dari kelakuan mahasiswa yang sopan ini kecuali kebiasaanya dalam menggunakan telepon dan mesin faksimili secara rutin di malam hari.
Yang jadi masalah keluarga yang ditumpangi mahasiswa yang tersebut telah dimata-matai, Bayangkan, seminggu sekali si mahasiswa membuat laporan ke nissan mengenai perilaku dan kebiasaan-kebiasaan keluarga tersebut. Mulai dari keluhan diperjalanan, mengurus anak, sekolah, makanan, telepon, sampai opini-opini dan harapan mereka. Bagi amerika ini dianggap melanggar privasi.
Kalau ada faham budaya Jepang, akan makin jelas bagi anda bagaimana perusahaan Jepang melakukan marketing research, untuk itu anda perlu paham bagaimana Jepang membedakan dua konsep ini. honne dan tatemae. Honne berarti tuntunan yang sebenarnya, dan tatemae berarti pernyataan eksplisit dari tuntutan tersebut.
Apakah yang dilakukan orang sudah mewakili impian-impian, kebutuhan-kebutuhan dan aspirasinya. ? Belum tentu, di Barat konsep ini sebetulnya sudah disinggung dalam consumer behavior yang menganut aliran psikoanalisis, Sigmund Freud misalnya , membedakan ucapan-ucapan yang dilakukan secara sadar (concius) dan tidak (unconcius). tuntutan yang sebenarnya kata Freud, keluar secara tidak sadar melalui slip of the tongue. Hanya marketing research tampaknya lebih tertarik pada kata-kata yang diucapkan secara sadar.
Mungkin cara ini lebih mudah, mungkin juga karena belakangan riset-riset pemasaran lebih banyak dikembangkan oleh para ahli angka yang lebih percaya pada validitas. Nissan melakukan sebaliknya, words speak louder than numbers tapi untuk itu mereka harus mendengarkan (listening) bukan bertanya (asking). Bagi orang Amerika, riset seperti ini bukan saja dianggap tidak efisien, tapi juga bias. Yang ditanyakan para ahli metodologi adalah perihal sampel yang diambil. Kalau harus mendengarkan konsumen, berapa banyak sampel yang diambil,dan bagaimana mengambilnya sehingga sampel itu betul-betul representatif.
Jepang tidak terlalu peduli dengan tudingan bias ini, masalahnya di Jepang, random assignment tidak dianggap penting karena masyarakatnya homogen, sementara di Amerika masyarakatnya heterogen, maka random assignment sangat penting.
Latar belakang ini rupanya mewakili perbedaan jalan pikiran ke dua Bangsa ini, tetapi terlepas dari masalah metotologi, ada tiga masalah lain . Pertama bagi perusahaan-perusahaan Jepang,kebutuhan konsumen tidak akan di dapat dengan menanyakan apa yang mereka butuhkan, mereka harus menyodorkan. Mereka mengutip Honda yang menganut filosofi sangen, atau tiga aktual ( produk aktual, manusia aktual, dan situasi aktual )
Kedua, Riset tidak dilakukan oleh peneliti pasar yang terpisah dari kegiatan produksi, tapi setiap engineer dan perencana perusahaan. Mereka mengunjungi pasar secara rutin dan mendengarkan keluhan penyalur dan konsumen. Bagi Jepang, riset konsumen bukanlah fungsi yang terpisah, melainkan juga spirit yang menjiwai kegiatan usaha.
Ketiga, riset pasar sudah menyatu dengan kaizen, atau continus improvement,. jadi, begitu masukan diterima perbaikan harus segera dilakukan, jangan dibuat lebih kompleks lagi.
No comments:
Post a Comment