Dewan UKM Desak Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit
MAKASSAR,UPEKS–Pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) saat ini masih lamban. Bahkan banyak dari mereka yang gulung
tikar dan tak mampu bersaing dengan pengusaha luar yang datang
menanamkan modalnya di Sulsel, khususnya Makassar. Penyebabnya, selain
masalah persoalan regulasi usaha, pedagang juga masih susah mendapatkan
bantuan modal dari pihak perbankan. Bunga kredit bank yang relatif
tinggi mencapai angka 12% sangat sulit terjangkau. Yang lebih memiriskan
lagi, perbankan mempersulit mendapatkan akses kredit kalangan UKM.
Sedangkan, pengusaha yang telah berkembang sangat mudah mendapatkan
kredit usaha. Padahal, potensi kredit bermasalah atau Non Performing
Loan (NPL) besifat koorporasi cukup tinggi. Hal itu disampaikan Ketua
Dewan UKM terpilih, Kadir Halid dalam sosialisasi dan konsolidasi UKM
yang tergabung dalam
Asosiasi Pedagang Informal Makassar (Aspim) di
Makassar, Minggu malam (24/3). Kata dia, kendala UMK atau UKMKM dalam
mengembangkan usaha saat ini adalah susahnya mendapat pinjaman dan
tingginya bunga kredit bank. Selain itu, proses administrasi juga kadang
menjadi penghambat.
“Kami meminta kepada perbankan, melalui Bank Indonesia (BI) agar
menurunkan bunga bank untuk kredit UKM agar pelaku UKM bisa mengakses
perbankan dengan mudah dan bisa mengembangkan usahanya dengan
baik,”paparnya. Menurutnya, tingginya bunga kredit bank untuk UKM
menjadi ketimpangan saat ini, khususnya program pemerintah dalam
menciptakan sebanyak mungkin pengusaha. “Kehadiran UKM dalam persaingan
bisnis memberikan kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi, bahkan mencapai
99 persen,” jelas Kadir Halid yang juga Anggota Komisi B Bidang Ekonomi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulsel ini. Wakil Ketua DPD I Partai
Golkar Sulsel ini juga menegaskan, tingginya bunga bank menghambat
pertumbuhan usaha kecil.
Bahkan hal ini juga bisa mematikan geliat UKM di berbagai daerah,
termasuk di Makassar. “Suku bunga bank yang diberikan perbankan terlalu
tinggi, yaitu dua digit antara 12-16 persen. Seharusnya perbankan bisa
menurunkan bunga menjadi single digit antara 4-5 persen seperti negara
tetangga Malaysia, China dan Singapura,”paparnya. Kadir juga menegaskan,
kehadiran dewan UKM akan menjadi wadah pelaku UKM untuk mendapatkan
akses dan memfasilitasi pedagang ke bank. Selain itu, Dewan UKM juga
melakukan pembinaan dan pedataan jumlah UMKM se-Makassar.
“Pasca konsolidasi dan sosialisasi ini, kami dari perwakilan dewan
UKM akan melakukan audiens dengan semua pimpinan bank. Sehingga program
pengembangan usaha dapat dinikmati masyarakat, khususnya mereka yang
membutuhkan modal kerja,”paparnya. Dia menambahkan, salah satu program
bank, yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang sebenarnya bunga kreditnya
juga cukup besar. Ditambah informasinya tidak sampai ke masyarakat.
Sehingga Dewan UKM akan mewadahi semua pelaku usaha dalam mendapatkan
pinjaman. “Melalui Dewan UKM ini, akan menjadi wadah bagi para pengusaha
untuk mendesak pemerintah membuat regulasi yang baik. Termasuk penataan
bisnis.
Sebab monopoli usaha terjadi seperti menjamurnya minimarket yang
menggusur pedagang asongan,”paparnya. Sementara itu, pengurus Dewan UKM
yang juga pelaku UKM, Erny Saroingsong menuturkan, sosialisasi dan
konsolidasi Dewan UKM menghadirkan 500 pedagang se-Kota Makassar
bertujuan untuk memberikan pengetahuan tambahan mengenai tata cara
mengembankan usaha, termasuk pinjaman dari bank. Serta mengetahui
potensi kenaikan dan penurunan bunga bank. “Dewan UKM juga melakukan
pembinaan, dengan melihat kelayakan usaha. Bantuan yang diberikan
asal-asalan. Harus melihat kemampuan para pedangang. Agar bantuan yang
diberikan tidak over,”paparnya. Menurutnya, berdasarkan data dari Bank
Indonesia, saat ini UKM yang bisa mengakses perbankan hanya sekira 17%.
Data ini sangat minim, jika dibanding negara lain. (amp/rus)
No comments:
Post a Comment